Rabu, 27 Januari 2010

mengenali karakter berdasar warna pilihan

Warna faforit yang disukai seseorang bisa berdampak pada sifat dan kelakuan yang cenderung ia lakukan, dengan warna ini bisa diketahui sifat dan perilaku seseorang, kalo anda punya temen dan pingin tahu sifatnya bisa ditebak lewat warna kesukaannya, nah bagi yang lagi naksir cowok bisa dilihat tips berikut ini.

Biru
Cowok penyuka warna biru adalah tipikal cowok yang suka menyembunyikan perasaan. Memang sih dia menyenangkan, selalu "siaga" alias siap antar jaga, ke mana pun kamu mau pergi. Tapi kalau pasif banget gitu, ntar lama-lama pasti kamu bosen. Sifatnya yang lebih suka memberi, membuat hubungan kalian bakal terasa didominasi olehmu. Kalau beneran naksir dia, siap-siaplah buat selalu agresif dan "mulai duluan."

Hijau
Cowok ini demen banget sama hal-hal alami. Urusan cewek, dia pasti juga bakal milik cewek yang apa adanya. Dandan nggak menor, pakaiannya nggak neko-neko, nggak hedon, dan glamour. Jangan heran kalau sewaktu-waktu dia ngajak kamu naik turun gunung, hanya demi menikmati matahari terbit. Ini pertanda, dia sedang ada hati sama kamu. Buat cewek-cewek yang nggak suka kerja keras, piker-pikir dulu ya kalau mau naksir mereka.

Kuning
Kalau naksir cowok pencinta kuning, kamu mesti semangat! Kenapa? Soalnya dia ini tipe periang, senang bergaul, dan antiloyo. Jangan sampai dia jadi bete karena sikapmu yang ogah-ogahan. Sesekali, kalau lagi banyak masalah, dia bisa jadi cowok paling sensi sedunia. Tapi setelah marah sebentar, perangainya bakal normal kembali kok.

Ungu
Cowok ungu adalah cowok optimis dan peduli masa depan. Baginya, pendidikan itu nomor satu. Kalau beneran "jadi" sama dia, siap-siap aja dikalahkan sama buku. Soalnya, dia lebih suka menghabiskan waktu lama-lama sama buku ketimbang pacaran. Si pekerja keras ini juga nggak pernah tanggung saat mengerjakan sesuatu. Semua kudu perfect! Selalu up-to-date dan biasanya digilai banyak cewek. Rasanya, cuma gadis yang kuat mental yang bisa jadi kekasihnya.

Putih
Sifatnya sabar, penyayang, tulus, ikhlas, senang menolong, dan peduli dengan orang lain bikin pencinta putih punya banyak teman. Pacaran sama tipe begini pasti menyenangkan di awal. Tapi, hati-hati, gara-gara kelewat baik, dia sering bikin orang lain salah pengertian. Nah, siap-siap aja buat cemburu. Buat menaklukkan mereka, kamu cuma perlu bikin mereka terus merasa penasaran.

Hitam
Nah, ini dia kebalikan dari si putih. Hitam punya sifat-sifat misterius. Kadang bisa baik setengah mati, setia, sayang, perhatian. Tapi sedetik saja, bisa berubah kejam. Selingkuh seenak udelnya, mutusin cewek sana-sini, tanpa rasa bersalah sedikit pun. Dia selalu tampil menarik dan rapi, tapi hati-hati, jangan sampai terjerumus rayuannya! Kamu pasti bakal menyesal. Kadang, tipe begini cocok buat cewek-cewek yang hobi "berpetualang."

Merah
Cowok merah konon punya sifat api. Panas. Saking panasnya, dia kadang sampai kebakaran sendiri. Emosi yang nggak terkontrol, bikin sebagian hidupnya terasa sangat melankonis. Tapi gini-gini, dia setia lho! Kejar terus dia, dapatkan dia, tancap gas dengan kekuatan penuh. Tunjukin kamu cinta mati. Kalau udah dalam genggaman, dia bakal berikan cinta sepenuh hati pada dirimu. Nah, setelah dia cinta mati, baru deh kamu bisa nyari selingkuhan diem-diem. He he he.

cara memilih hadiah yang tepat untuk cowok kamu

Sebentar lagi, pacar bakal ultah. Udah nyiapin kado buat pacar? Bingung? Takut nggak sesuai sama keinginannya? Hmm.. coba jawab beberapa pertanyaan simpel di bawah ini, sesuai kebiasaan pacar kamu. Terus, hitung nilainya dan kamu bakal ngerti tipe hadiah kesukaannnya. Oke, selamat mengisi. (nor)


1. Kalian ngerasa boring dengan acara malam mingguan selama ini. Dia ngusulin...
a. Hiking yuuk..kan seru tuh, menikmati pemandangan dari puncak gunung.
b. Ada konser musik klasik di gedung pertunjukan, datang ke situ aja..
c. Nonton plus makan bareng. Lagi-lagi itu yang diajukan.
d. Gimana kalau kita ke gym. Badan udah mulai pegel, nih.

2. Di antara beberapa topik di bawah ini, mana yang paling menarik perhatiannya...
a. Tayangan olahraga (sepak bola, basket, balap mobil).
b. Sinetron, film romantis.
c. Discovery channel, acara-acara petualangan.
d. Gosip, tema fashion terbaru.

3. Benda ini, hampir selalu ada dalam tasnya...
a. Air mineral, permen karet.
b. Pembersih muka.
c. Foto keluarga.
d. Benda-benda ajaib, kadang tali, peta, malah kadang anak kodok pun dibawa.

4. Tokoh berikut ini, siapa yang paling diidolakan...
a. Lady Diana, princess anggun dan dicintai rakyatnya.
b. Paris Hilton..wow..nih orang cantik banget.
c. Steve Irwin, sayang banget dia harus mati karena hewan kesayangannya.
d. David Beckham, aksinya selalu menawan.

5. Apa sih hobi pacar kamu?
a. Jogging, main basket, renang, hampir semua olahraga deh.
b. Baca, nulis, kadang nyanyi juga.
c. Dia lumayan gila belanja, segala hal yang up-to-date.
d. Mengamati sesuatu yang baru, naik gunung, wall climbing paling dia suka.

6. Secara mendadak, kamu membatalkan janji, apa yang dia katakan?
a. Ya.. kok nggak jadi, sih. Padahal, aku udah bikin persiapan, lho
b. Ehm..oke deh kalau begitu, ntar aku pergi aja ama temen lain.
c. Oh..nggak apa-apa, kok. Mungkin minggu depan bisa di-arrange lagi.
d. Aku baru mau bilang ke kamu kalau nggak bisa juga. Ada acara sama temen-temen lama, nih. Ya udah, take care, ya.
7. Pacar kamu lagi sakit dan harus istirahat di rumah, apa sih yang dia lakuin buat mengisi waktu?
a. Berbaring aja di tempat tidur, males ngapa-ngapain.
b. Nyoba olahraga ringan, biar badan nggak pegel.
c. Dia orangnya nggak bisa diem. Dikurung di rumah, dia malah asyik mengubah susunan kamarnya.
d. Nyiapin sendiri obat dan keperluannya. Nggak mau bikin orang lain repot.

8. Suatu saat, dia pengin banget liburan ke tempat ini...
a. Disneyland. Ehm..asyik banget kalau bisa liburan ke sana.
b. Waduh.. aku belum pernah ke Himalaya, nih. Belum jadi petualang sejati kalau belum ke sana.
c. Nggak pengin yang muluk-muluk kok, Kebun Raya atau Ancol aja udah cukup.
d. Suatu saat nanti, aku harus nonton pertandingan MU langsung di Old Trafford.


Result :

1. a =4 , b = 2 , c = 1 , d = 3
2. a =3 , b = 2 , c = 4 , d = 1
3. a =3 , b = 1 , c = 2 , d = 4
4. a =2 , b = 1 , c = 4 , d = 3
5. a =3 , b = 2 , c = 1 , d = 4
6. a =1 , b = 3 , c = 2 , d = 4
7. a =1 , b = 4 , c = 2 , d = 3
8. a =1 , b = 3 , c = 4 , d = 2


Penjelasan :
1. Nilai 8 - 13
Si Populer.
Si popular, biasanya udah memiliki segalanya. Duh..susah dong milihin kado buat mereka. Memang sih, hadiah yang bakal mendapat perhatian adalah sesuatu yang spesial dan mereka belum punya. Tapi, nggak mesti identik dengan barang mewah, lho. Coba aja bikin kumpulan artikel tentang dia, dari sifat sampai kebiasaannya, mulai A hingga Z rahasia yang kamu ketahui tentangnya. Pasti dia bakal tersanjung banget dikasih kado semacam itu.

2. Nilai 14 - 19
Tipe anak rumahan.
Untuk orang-orang yang bertipe anak rumahan, dikasih buku bacaan seperti novel favoritnya atau CD album kesayangan sudah cukup menyenangkan hatinya. Buku dan CD tersebut bisa menemaninya saat dia bersantai di rumah. Orang-orang tipe ini kan biasanya nggak suka dengan keramaian dan lebih suka beraktivitas di rumah. Dengan hadiah tersebut, dia udah bisa ngerasain besarnya perhatian kita buatnya.

3. Nilai 20 - 25
Totally Sporty.
Sebenarnya, ngasih kado buat orang-orang yang bertipe sporty lumayan gampang. Nggak jauh-jauh dari peralatan olahraga atau aksesori yang bisa dipakai saat berolahraga. Misalnya, sneakers, baseball cap, atau kostum tim olahraga yang paling digilai. Apalagi kalau kamu berhasil mendapatkan merchandise plus tanda tangan tokoh olahraga favoritnya, dijamin dia bakal makin sayang sama kamu.

4. Nilai 26 - 32
Sang Petualang.
Mereka nggak terlalu menuntut hadiah barang. Orang yang berjiwa petualang cenderung mandiri dan nggak memusingkan hal-hal simple semacam kado. Tapi, kalau kamu pengin ngasih kejutan spesial buat dia, ajakin rafting atau hiking bareng aja. Pasti dia langsung loncat kegirangan dan memelukmu sebagai tanda terima kasih.

Apakah yang dimaksud remaja?

Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence).

Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.

Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.

Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).

Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds (2001), yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial.

Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja
Perkembangan fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).

Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001).

Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.

Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).

Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme (Piaget dalam Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah “ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain” (Papalia dan Olds, 2001). Elkind (dalam Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel.

Personal fabel adalah "suatu cerita yang kita katakan pada diri kita sendiri mengenai diri kita sendiri, tetapi [cerita] itu tidaklah benar" . Kata fabel berarti cerita rekaan yang tidak berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal fabel biasanya berisi keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya. Papalia dan Olds (2001) dengan mengutip Elkind menjelaskan “personal fable” sebagai berikut :

“Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri [self-destructive] oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil [karena perilaku seksual yang dilakukannya], atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya [saat mengendarai mobil], atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang [drugs] berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya”.

Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja (Beyth-Marom, dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.

Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa adalah sama.

Perkembangan kepribadian dan sosial
Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.

Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).

Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya (Conger, 1991).

Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.

  1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
  2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
  3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
  4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
  5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.

Tugas perkembangan remaja
Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain :

  • memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan
  • memperoleh peranan sosial
  • menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif
  • memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
  • mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
  • memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
  • mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga
  • membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup

Erikson (1968, dalam Papalia, Olds & Feldman, 2001) mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds & Feldman, 2001).

Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.

Beberapa isu perkembangan remaja: seksualitas, harga diri, orientasi masa depan, konsumsi, keluarga


Sumber Pustaka

Aaro, L.E. (1997). Adolescent lifestyle. Dalam A. Baum, S. Newman J. Weinman, R. West and C. McManus (Eds). Cambridge Handbook of Psychology, Health and Medicine (65-67). Cambridge University Press, Cambridge.

Beyth-Marom, R., Austin, L., Fischhoff, B., Palmgren, C., & Jacobs-Quadrel, M. (1993). Perceived consequences of risky behaviors: Adults and adolescents. Journal of Developmental Psychology, 29(3), 549-563

Conger, J.J. (1991). Adolescence and youth (4th ed). New York: Harper Collins

Deaux, K.,F.C,and Wrightman,L.S. (1993). Social psychology in the ‘90s (6th ed.). California : Brooks / Cole Publishing Company.

Gunarsa, S.D. (1988). Psikologi remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Gunarsa, S.D. (1990). Dasar dan teori perkembangan anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hurlock, E. B. (1990). Developmental psychology: a lifespan approach. Boston: McGraw-Hill.

Hurlock, E. B. (1973). Adolescent development. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha.

Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Haditono, S. R. (1991) Psikologi perkembangan : Pengantar dalam berbagai bagiannya (cetakan ke-7). Yogya: Gajah Mada University Press.

Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. (2001). Human development (8th ed.). Boston: McGraw-Hill

Rice, F.P. (1990). The adolescent development, relationship & culture (6th ed.). Boston: Ally & Bacon

Santrock, J.W. (2001). Adolescence (8th ed.). North America: McGraw-Hill.